Mulia-PAS Disambut Hangat di Puri Ubud, Cok Ace Titipkan Pesan Jaga Budaya Bali

 14 Oktober 2024   

Pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Bali nomor urut 01, Made Muliawan Arya (De Gadjah) dan Putu Agus Suradnyana (Mulia-PAS), disambut hangat di Puri Saren Agung Ubud, Jumat (4/10).

Dalam pertemuan penuh kekeluargaan, mereka memohon doa restu kepada Prof. Dr. Ir. Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati (Cok Ace).

Pertemuan ini juga menjadi ajang bagi Mulia-PAS untuk menyampaikan komitmen mereka menjaga nilai-nilai budaya Bali, termasuk konsep Tri Hita Karana yang diamanatkan oleh Cok Ace demi menjaga nafas budaya Ubud dan Bali secara keseluruhan.

Wakil Gubernur Bali masa bakti 2018-2023 yang sebelumnya juga mengemban amanah sebagai Bupati Gianyar periode 2008-2013 mengajak Paket Mulia-PAS bercengkrama di saren tengah Puri Saren Agung Ubud sekaligus menikmati hidangan khas Gianyar.

Tak hanya Cok Ace, pertemuan dalam suasana penuh kekeluargaan diselingi tertawa lepas itu juga dihadiri Tjokorda Gde Putra Sukawati (kakak kandung Cok Ace) dan Prof. Tjokorda Gde Raka Sukawati (adik kandung Cok Ace).

Tampak Cok Ace yang merupakan Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali, Konsul Kehormatan Malaysia untuk Bali, Ketua Forum Pengembangan Kawasan Strategis Ubud, Ketua Bali Heritage Trust (Lembaga Pelestarian Bali) dan sederet jabatan lainnya menitipkan pesan kepada Mulia-PAS untuk menjaga Bali yang nafasnya adalah agama Hindu dan kebudayaan.

“Sangat hangat dan luar biasa (sambutan Cok Ace) selayaknya keluarga. Kita makan di dapur selayaknya keluarga. Jadi sudah artinya direstui oleh alam dan direstui oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa,” ucap De Gadjah diwawancarai usai pertemuan tersebut.

Tertawa lepas yang mewarnai silaturahmi tersebut dimaknai De Gadjah sebagai jalinan komunikasi dari hati ke hati antara seorang ayah dengan anaknya.

“Itu artinya persaudaraan yang no drama. Jadi bisa tertawa lepas,” katanya.

Senada, Putu Agus Suradnyana sangat berterima kasih karena diterima dalam suasana penuh keakraban di Puri Saren Agung Ubud.

“Kebetulan Cok Ace adalah dosen saya di Teknik Arsitektur Universitas Udayana dulu. Beliau menitipkan kesepahaman cara pandang tentang bagaimana mempertahankan budaya dari konsep parahyangan, pawongan, dan palemahan (Tri Hita Karana). Beliau sangat luar biasa. Dan menjadikan salah satu contoh bagaimana ke depan apa yang terjadi di Ubud (kemacetan dan permasalahan sosial lainnya) bisa diselesaikan sekaligus menjaga sera memfiltrasi nilai-nilai budaya luar agar tidak merusak budaya warisan nenek moyang kita. Ini penting karena nafas dari Ubud adalah budaya,” tuturnya.

Masukan-masukan progresif Cok Ace, khususnya mengenai tata ruang terang Cok Ace akan diakomodasi dalam visi-misi Mulia-PAS.

“Ini penting bagi Mulia-PAS demi menjaga tata ruang Bali ke depan berbekal konsep-konsep yang diwariskan turun-temurun oleh para pendahulu kita, khususnya tentang konsep Tri Hita Karana, parahyangan, pawongan, dan palemahan,” jelas Putu Agus Suradnyana.

Sementara itu, Cok Ace menyampaikan rasa syukurnya atas kunjungan tersebut di sela-sela padatnya jadwal kampanye paket 01 tersebut.

"Ditengah-tengah program beliau yang kebanyakan ke Buleleng, jadi ada sisa-sisa waktu beliau mampir ke Puri, tentu dalam kaitan Hari Raya Kuningan. Kami di Puri dengan senang hati menerima Pak De, Pak Agus, dan sesungguhnya adalah teman dari dulu. Ya astungkara, beliau mau mampir di tengah-tengah Hari Raya, mudah-mudahan ini dapat memberikan keteduhan bagi masyarakat Bali secara keseluruhan," ujar Cok Ace.

Kehadiran kedua tokoh tersebut di Puri Ubud pada momen Pilkada Bali 2024 tentu memunculkan spekulasi terkait dukungan politik.

Menanggapi hal tersebut, Cok Ace tidak menampik bahwa pertemuan tersebut juga menyentuh persoalan kriteria pemimpin yang diinginkan untuk Bali ke depan.

“Ya tadi telah saya sampaikan bahwa apa ada dalam pikiran saya adalah kriteria. Astungkara kalau misalnya Pak De bisa memenuhi kriteria tersebut, tentu Pak De akan menjadi pusat perhatian dari saya dan teman-teman semua,” jelasnya.

Menurut Cok Ace, yang menjadi fokus adalah bagaimana pemimpin Bali ke depan dapat membawa kesejahteraan bagi masyarakat secara luas.

"Yang kami ajukan kriteria ke depan pada intinya bagaimana bisa pemimpin ke depan bisa memberikan kesejahteraan bagi masyarakat Bali secara keseluruhan," tambahnya.

Lebih lanjut, Cok Ace menguraikan kriteria khusus yang diharapkan masyarakat Bali, terutama dalam memilih pemimpin pada Pilkada mendatang.

Menurutnya, moralitas adalah hal yang paling utama.

“Ya, Bali sebagai Pulau Dewata, ‘pulau tenget,’ tentu kriteria utama yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin Bali adalah moralitas. Intelektualitas betul perlu, popularitas juga perlu, apalagi elektabilitas yang nantinya menentukan pada tanggal 27 November nanti. Tapi di atas itu semua, yang paling diharapkan nanti daripada itu semua, kalau saya mewakili masyarakat kami di Ubud, adalah moralitas yang paling tinggi,” tegas Cok Ace.

Source : Bali Express

TAGS :